Yogyakarta, Kabar Jogja - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat sejak Sabtu (11/3) sampai Senin (13/3) terjadi 60 kali awan panas guguran.
Kepala BPTKG Agus Budi Santoso merinci kejadian awan panas guguran terbagi sebanyak 40 kali pada Sabtu, 19 kali pada Minggu (12/3) dan satu kali hari ini.
"Ujung luncuran awan panas guguran teramati di sisi barat daya di alur Kali Bebeng. Berdasarkan pantauan foto udara menggunakan drone, jarak luncur awan panas guguran kali ini mencapai 3,7 km dari puncak Gunung Merapi," paparnya.
Dimana area luncuran meliputi Kali Woro sejauh 3 Km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 Km, Kali Boyong sejauh 5 Km dan Kali Bedog sejauh 7 Km.
"Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," terangnya.
Dari hasil Survei Tim Drone, Agus menyampaikan ada potensi bahaya pada sisi barat daya Merapi yang bersumber dari kubah lava tengah dan kubah lava.
Dimana terjadi pergerakan atau atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung di sisi barat daya Merapi yang terpantau selama dua tahun terakhir. Saat laju deformasi pada permukaan teramati sepanjang 15 meter.
"Ini sesuatu yang unik, namun berpotensi bahaya sehingga perlu kami sampaikan. Angka deformasi ini lebih besar bila dibandingkan menjelang erupsi 2006 maupun 2006 yang kurang dari empat meter dalam waktu relatif cepat," ujar Agus.
Kondisi inilah yang menurut Agus menjadi perhatian dari pihaknya. Sebab ada kekuatiran tebing dari puncak sebelah barat tidak stabil dan rawan longsor.
Secara umum, Agus menyatakan saat ini Merapi dalam kondisi stabil dan tingkat deformasinya rendah. Namun kondisi ini perlu disampaikan ke masyarakat.
'Seiring dengan musim hujan yang masih terjadi di DIY dan Jateng, maka BPPTKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Merapi," tutup Agus. (Tio)