Bantul, Kabar Jogja – Para atlet penyandang difabel yang bergabung di National Paralympic Committee (NPC) Bantul menuntut Pemkab untuk bersikap adil, khususnya dalam pemberian bonus pada atlet berprestasi. Dibandingkan atlet normal, bonus yang diterima atlet disabilitas sangat jauh berbeda.
Keinginan atlet-atlet ini disuarakan usai penyerahan bonus atlet difabel yang meraih prestasi di ajang Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) III DIY 2022 dan Asian Para Game (APG) XI 2022 di Solo.
Ketua NPC Bantul Yulianto menjelaskan rekan-rekannya dalam kedua ajang tersebut meraih prestasi yang membanggakan dan mengharumkan nama daerah.
Dimana 62 atlet sebenarnya telah menerima bonus dari kejuaraan Peparda III DIY 2022 dan APG XI 2022 dengan rincian Rp6 juta untuk medali emas, Rp3,5 juta untuk medali perak, Rp1,5 juta untuk perunggu, serta Rp500.000 untuk atlet Peparda yang tidak meraih medali.
“Di ajang APG XI lalu lima atlet difabel Bantul yang meraih prestasi tiga emas, satu perak dan satu perunggu. Kemudian di ajang Paperda III DIY, kami berhasil mempertahankan prestasi tiga kali berturut menjadi juara umum dengan raihan 40 emas, 30 perak, dan 14 perunggu,” katanya, Kamis (16/3).
Tapi jika dibandingkan dengan pemberian bonus kepada atlet non difabel, Yuli mengatakan Pemkab Bantul terkesan menerapkan diskriminasi. Ini bisa dilihat dari besaran bonus yang diterima.
Dimana atlet non difabel yang berlaga dalam Ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda) 2022, Pemkab Bantul memberikan bonus sebesar Rp15 juta untuk peraih medali emas, Rp7,5 juta untuk medali perak, dan Rp2,5 juta untuk medali perunggu.
“Kami mengapresiasi pemberian bonus yang diserahkan hari ini. Tapi Pemkab Bantul belum belum mencerminkan kesetaraan kepada atlet difabel. Hal ini terlihat dari diskriminasi dan perbedaan dalam hal pemberian bonus," tegasnya.
Koordinator lapangan Asep Kurniawan salah satu kebanggaan yang selama diberikan oleh atlet difabel adalah mampu membuat sejarah di Peparda. NPC Bantul belum terkalahkan. NPC Bantul telah memberikan nama baik kepada Bantul.
Dirinya mengatakan hanya Bantul saja yang masih melakukan perbedaan pemberian bonus kepada atlet dibandingkan daerah lain. Daerah lain bonus atlet difabel dan non difabel sudah disetarakan.
Asep mencontohkan untuk peraih emas atlet difabel Kulonprogo yang berlaga di Peparda 2022 mendapat bonus Rp15 juta untuk peraih medali emas, Sleman Rp16 juta, Jogja Rp16 juta, dan Gunungkidul Rp12,5 juta.
“Hanya Bantul yang paling kecil bonusnya dibanding daerah lain. Pencanangan Kabupaten Ramah Difabel dan tertuang dalam visi misi hanya sebatas slogan. Bukan sesuatu yang harus diimplementasikan oleh penata kelola pemerintah daerah,” jelasnya.
Hadir sebagai pemberi bonus, Sekretaris Daerah Pemkab Bantul Agus Budi Raharja berjanji pihaknya akan melakukan kajian dan perubahan pemberian bonus mulai tahun depan.
“Bonus yang didapatkan hari ini sepatutnya disyukuri sebagai bentuk kepedulian dan motivasi kepada rekan-rekan atlet di sini. Mulai tahun depan kita akan menghitung dengan cermat agar mampu memberikan bonus sesuai dengan keinginan dan tentu didasarkan pada keuangan daerah,” kata Agus. (Tio)