Yogyakarta, Kabar Jogja – Anggota Komisi I DPR asal PKS, Sukamta mendorong pemerintah terus menghadirkan berbagai produk-produk lokal karya anak bangsa eksis di pasar digital.
Ajakan ini disampaikan Sukamta saat menjadi narasumber utama webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) bertajuk ‘Mudah dan Nyaman Jualan Online’.
“Hari ini pengguna internet kita, baik pembeli maupun penjual lebih senang berbelanja produk dari luar negeri. Ada dua alasan kenapa ini terjadi,” kata Sukamta, Senin (1/8).
Ia menyebut alasan pertama bahwa produk luar negeri yang ditawarkan adalah produknya langka di pasar Indonesia. Kedua, harga relatif lebih murah. Kondisi menandakan produsen negara asing yang mengambil untung besar dari pasar jualan online di Indonesia yang tumbuh pesat.
Mengambil data Bank Indonesia, Sukamta mengatakan saat ini nilai dan transaksi perekonomian digital dari pengguna internet terus mengalami peningkatan.
“Volume transaksi belanja menggunakan uang elektronik tumbuh 17,85 persen (yoy) menjadi 5,45 miliar kali transaksi sepanjang 2021. Kemudian Nilai transaksi belanja menggunakan uang elektronik juga melonjak 49 persen (yoy) menjadi Rp305,44 triliun pada 2021, terbesar dibandingkan tahun tahun sebelumnya,” katanya
Selama ini, pasar digital Indonesia didominasi berbagai produk-produk buatan China yang selain murah juga mendapatkan keringanan dari biaya pengiriman. Namun selama pandemi, dan China sampai sekarang masih terus berjuang memerangi wabah. Berdampak pengiriman dari China dihentikan.
“Kedua kondisi ini saya kira memberi peluang buat kemajuan bisnis digital bagi pengusaha lokal dan konsumen diuntungkan karena biaya pengiriman yang lebih murah,” lanjutnya.
Sebagai upaya dukungan berkembangnya produsen produk lokal di pasar digital, Sukamta menyarankan pemerintah melakukan pembatasan pada produk asing dengan regulasi yang jelas.
Dimana regulasi ini mengatur produk apa saja yang dilarang dan diperbolehkan masuk dalam e-commerce di Indonesia.
“Kedua pemerintah memberikan penguatan yang tren belanja daring ini juga mendorong peralihan metode pembayaran dari transaksi tunai menjadi non tunai, salah satunya dengan menggunakan uang elektronik atau e-money,” katanya.
Pelaku bisnis digital dari Sleman yang turut menjadi narasumber, Sumaryatin, mengatakan ada hal dasar yang wajib dilakukan produsen sebelum terjun ke pasar digital.
“Pertama adalah mengetahui siapa target pasar yang sesuai dengan produk yang dijual. Kedua adalah mengetahui nilai tambah produk yang ditawarkan. Ini berlaku pada produk barang maupun jasa,” katanya.
Dari kedua hal ini, menurutnya promosi yang dilakukan lewat digital melalui berbagai platform akan lebih efektif dan mengena pada target pasar.
Menurut Sumaryatin, saat ini kendala yang dialami penjual online di Indonesia adalah masih belum masifnya penjualan sistem COD. Baginya system COD ini semakin meningkatkan kepercayaan baik dari pembeli maupun penjual. (Tio)