Bantul, Kabar Jogja – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul menyebut bisnis pengembang biakan ikan hias di ‘Bumi Projotamansari’ berkembang sangat pesat dan merata hampir di seluruh kecamatan ada.
Didominasi kalangan anak muda, sayangnya belum banyak kelompok peternak ikan hias seperti yang dilakukan Dusun Kadisoro, Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak.
Besarnya potensi ekonomi dari budidaya ikan hias ini disampaikan oleh Sekretaris DKP Bantul Istriyani usai membuka ‘Festival Ikan Hias Bantul (Kadisoro Aquatic Expo) dan Kontes Nasional Molly&Guppy Tahun 2022’, Selasa (23/8) siang.
“Hampir di seluruh 17 kecamatan di Bantul terdapat pengusaha ikan hias yang rata-rata didominasi anak muda. Ini sangat menggembirakan, khususnya dalam peningkatan ekonomi di masyarakat,” jelasnya.
Namun dirinya sangat menyayangkan hampir seluruh pengusaha ini berbasis individu, bukan berbasis kelompok. Sehingga hampir kesemuanya tidak terjangkau berbagai program-program yang digagas oleh DKP Bantul.
Mewakili DKP Bantul, Istriyani berharap para pengusaha yang besar yang ada di Banguntapan, Kasihan, Sewon, Imogiri dan dan Kretek membentuk kelompok sehingga menjadi daya tawar untuk mendapatkan dukungan pengembangan usaha dari pemerintah.
“Agenda hari ini sebenarnya merupakan agenda tahunan yang terselenggara sejak 2019, namun terhenti karena pandemic. Lewat pameran dan kontes yang kita gelar sejak 23 sampai 28 Agustus ini kita berupa mengenalkan potensi ekonomi dari budidaya ikan hias,” katanya.
Camat Pandak Nanang Dwi Atmoko mengatakan sebagai sentra terbesar budidaya ikan hias di Bantul, peternak di Dusun Kadisoro telah berhasil mengekspor hasilnya baik nasional maupun ke luar negeri.
Ketua Pokdarwis Gilang Wicitra Gilangharjo sekaligus ketua Festival Ikan Hias Bantul (Kadisoro Aquatic Expo) dan Kontes Nasional Molly&Guppy Tahun 2022’, Gema Ramadhan menyebut keberadaan Dusun Kadisoro sebagai desa penghasil ikan hias bermula sejak 1994 silam.
“Mayoritas masyarakat di wilayah tersebut merupakan pembudidaya berbagai jenis ikan. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 30 jenis ikan yang dikembangkan di desa tersebut. Mulai dari jenis ikan kecil seperti molly, cupang, guppy hingga yang besar seperti ikan channa dan lainnya,” katanya.
Terbagi dalam empat kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 100 peternak. Gema mengatakan dalam setiap bulannya satu kelompok mampu mendapatkan omzet hingga Rp40-60 juta.
Sebagai satu-satunya desa wisata ikan hias dengan sebutan ‘Desa Wisata Kadisoro Nyawiji Dadi Siji (Dewi Kajii)’, peternak ikan hias di sini tidak hanya mengandalkan penjualan hasil budi daya. Namun juga memberikan pelatihan bagi calon peternak.
“Besok ada pelepasan satu calon peternak dari Jepara, Jawa Tengah yang selama tujuh hari akan belajar budidaya ikan hias. Paket pembelajaran ini kita jual Rp1,3 juta per orang,” kata Gema.
Sedangkan untuk kontes ikan yang diselenggarakan pada Minggu (28/8), Gema menyatakan peserta yang sudah memastikan hadir ada yang berasal dari Palangkaraya dan Pontianak. (Tio)