Yogyakarta, Kabar Jogja - Badan Penguatan Idelogi Pancasila (BPIP) mengaja mahasiswa lebih mengalungkan Demokrasi Deliberatif di era kehidupan yang serba digital atau Society 5.0.
Sespri Kepala BPIP Achmad Uzair Fauzan menegaskan prinsip Demokrasi Deliberatif menjadi area politik penting yang harus dijaga di masyarakat.
"Demokrasi deliberatif adalah prinsip-prinsip meramu dan memupuk diskursus publik yang sehat dalam dinamika masyarakat sipil sehingga mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berpendapat serta memunculkan gagasan-gagasan yang mengedepankan kesetaraan, kesejahteraan, dan keadilan," kata Fauzan dalam rilis Rabu (8/6).
Fauzan menyampaikan ini pada Kongres Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara ke-13 yang digelar di UIN Sunan Kalijaga, Senin, (6/6).
Dalam upaya pemupukan demokrasi deliberatif, aktualisasikannya dengan mengajak perwakilan mahasiswa Indonesia mempelajari kembali gagasan-gagasan dari para pendiri bangsa.
"Karena pada dasarnya latarbelakang perumusan Pancasila sebagai dasar negara bukan hanya datang dari realitas kemajemukan. Tetapi juga menuntut keberanian bersikap, di tengah konflik isme-isme yang terjadi pada masa perang dunia kedua", ungkapnya.
Peraih gelar Ph.D dari Flinders University, Australia ini yakin betul pengalaman bangsa Indonesia meraih kemerdekaan merupakan pengalaman yang tidak didapatkan oleh bangsa-bangsa lain.
"Oleh karena itu, kita harus bangga atas perjuangan dan pemikiran para pendiri bangsa ini utamanya Bung Karno. Bung Karno adalah tokoh yang memiliki intelektual tinggi dan sikap yang bijak, beliau mampu mencerna berbagai pemikiran tokoh dunia tentang negara bangsa,' tambahnya.
Bapak Bangsa ini menawarkan Pancasila sebagai ideologi di depan forum PBB dan menginisiasi gerakan Non-Blok di tengah pertarungan ideologi saat itu. Keberanian dan pemahaman atas ruang spasial-historis beliau inilah yang perlu dicontoh dan ditanamkan sebagai bekal kehidupan mahasiswa selanjutnya.
Koordinator Pusat BEM Nusantara, Dimas Prayoga mengatakan, di era society 5.0 BEM Nusantara sebagai wadah dan wahana berproses kader-kader terbaik bangsa, mencoba menyiapkan calon pemimpin bangsa di masa mendatang.
“Sebab di masa ini, sudah mulai mengalami krisis kader pemimpin yang benar. Maka kami mempersiapkan calon pemimpin bangsa yang mampu membawa negara ini maju dan mensejahterakan rakyatnya,” tutur Dimas.
Kongres yang di gelar BEM Nusantara di UIN Sunan Kalijaga adalah kongres yang ke-13 setelah sebelumnya di gelar di Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.
Kongres yang dihadiri 500 mahasiswa dari ratusan penguruan tinggi diisi pembicara kunci antara lain, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia dan Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri. (Tio)