Yogyakarta, Kabar Jogja - Ketidakinginan munculnya keribetan dalam mengakses aplikasi maupun platform masuk ke pasar digital menjadi alasan pelaku usaha mikor kecil menengah (UMKM) enggan masuk. Pelatihan dan pemahaman dunia pasar digital harus berkelanjutan dan jangka panjang.
Benang merah inilah yang disampaikan CEO pasardesa.id, Sholahuddin Nurazmy usai menjadi pembicara dalam pelatihan kepada 35 pelaku UMKM di Bojonegoro, Jawa Timur. Bertajuk ‘Digitalisasi Menjadi Mandiri; UMKM Produktif Inovatif', pelatihan digelar mulai 8-14 Desember.
“Banyak pelaku UMKM rintisan tidak ingin ribet dalam mengakses platform pasar digital. Mereka hanya ingin produknya bisa dikenal banyak orang,” kata Udin, Kamis (9/12).
Baginya pasar digital ini tidak sekedar mengenai sarana prasana, akse, maupun jaringan. Namun digitalisasi adalah perubahan pola pikir (mindset) para pelaku UMKM yang mengikuti pelatihan.
“perubahan mindset yang fokus pada perubahan produk agar bisa mendapatkan perhatian dari pada pengguna internet,” katanya.
Dengan kondisi seperti ini, pasardesa.id masuk. Para pengguna disini tidak perlu mengakses aplikasi dengan keribetannya. Tetapi cukup melalui pesan di handphone, transaksi jual beli bisa dilakukan.
“Ini memudahkan produsen yang harus sibuk memikirkan produk. Pasardesa.id membantu trasisi pelaku UMKM masuk ke dunia digital,” ucapnya.
Pelatihan yang berlangsungdi Hotel Boreno, Bojonegoro ini diselenggarakan oleh Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK), Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bekerjasama dengan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
Ketua PSPK UGM Arie Sujito menjelaskan digitalisasi sekarang ini adalah hal penting dalam menyambut masa depan serta dibutuhkan menjawab tantangan pemasaran.
“Dari pelantikan ini kita berharap pelaku UMKM mampu memperluas pasar. Kerja penguatan UMKM seperti ini seharusnya dilakukan secara berkelanjutan dan berjangka panjang,” kata Sujito.
Mewakili ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) Ukay S. Subqy pelatihan ini merupakan program pemberdayaan masyarakat oleh EMCL yaitu lewat pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi.
“Dengan kolaborasi UMKM bisa saling belajar dan berinteraksi sehingga terbentuk kerjasama saling menguntungkan. Kelemahan pengusaha rintisan, selain tidak adanya jaringan, juga tidak mau berkolaborasi,” ucapnya. (Tio)