Yogyakarta, Kabar Jogja - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta terus berupaya memenuhi kebutuhan pertanian untuk warga Kota Yogyakarta. Salah satunya dengan mengembangkan induk buah pisang dan tanaman hias dengan metode kultur jaringan.
Sebanyak 80 jenis pisang sudah dikembangkan dengan metode tersebut. Tak hanya itu, tanaman hias juga mulai dikembangkan dengan metode kultur jaringan.
Pengelola Laboraturium Kultur Jaringan DPP Kota Yogyakarta, Anny Widi Astuti menjelaskan kultur jaringan adalah suatu metode untuk memisahkan atau mengisolasi bagian dari tanaman seperti sel, jaringan atau organ (daun, akar, batang, tunas dan sebagainya) serta membudidayakannya dalam lingkungan yang terkendali (secara in vitro) dan aseptik. Sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri atau beregenerasi menjadi tanaman langka.
Hingga saat ini, pihaknya dibantu delapan orang dalam mengembangkan budidaya tanaman menggunakan metode kultur jaringan.
Metode ini dikembangkan melalui beberapa tahapan yang pertama inokulasi, kedua multiplikasi atau subkultur, ketiga aklimatisasi dan yang terakhir transplanting.
"Tanaman berada di dalam botol yang sudah disterilkan ini butuh jangka waktu kurang lebih 10 sampai 12 bulan, baru siap di akliminasi,” ungkapnya.
Tak hanya pisang, proses aklimatisasi juga dilakukan untuk tanaman hias lainnya sebagai pendukung dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan.
'' Prosesnya memang lama yakni satu bulan agar proses berkembangnya tanaman lebih sempurna,'' kata Anny.
Kemudian setelah itu tanaman ditransplanting di media polybag selama dua bulan dan baru siap di pindahkan di lahan.
“ Kelebihan menggunakan metode kultur jaringan ini adalah nantinya benih yang dihasilkan seragam, jumlah banyak, bebas hama penyakit, dan tentunya hemat transportasi dan biaya,” tambahnya.
Hingga saat ini DPP Kota Yogyakarta sudah berhasil mengembangkan kultur jaringan, antara lain 80 jenis pisang. Untuk jenis pisang yg dikulturkan utamanya raja bagus yang menjadi unggulan Kota Yogyakarta, pisang kepok, ambon, mas, cavendish, genderuwo, dan aneka jenis pisang unik lainnya.
Selain itu, anggrek Dendrobium, anggrek phalaenopsis, kantong semar, aglaonema lipstik, aglaonema show white, aglaonema luwi juga sudah mulai dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan.
" Kami juga mengembangkan kultur jaringan untuk anggur, porang dan keladi," katanya.(rls)