Kulon Progo, Kabar Jogja – Komunitas Ojol Jogja Berbagi (OJB) akan menggelar kegiatan sosial berupa khitanan masal dan donor darah juga potong rambut gratis di RS Bhayangkara Yogyakarta pada 5 Desember 2020 mendatang. Salah satu sponsornya yakni Showroom Mobil Banyu Mili Mobilindo yang berada di Jalan Kenteng Brosot km 5 Maesan wahyuharjo, Lendah, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Showroom Mobil Banyu Mili Mobilindo merupakan milik Arif Suryo Widodo. Arif dalam menjalankan bisnisnya ini mengaku dalam satu bulannya mampu menjual sekitar 20 unit mobil. Mobil-mobil yang dijualnya mobil niaga, dengan merk seperti Avanza, Xenia, Ertiga, dan lainnya. Setiap satu unitnya diambil keuntungan sekitar Rp3,5 juta.
Sehingga rata-rata per bulan ia bisa mengantongi keuntungan Rp60 juta. Sukses menjalankan bisnisnya ini, Arif mengaku memiliki prinsip supaya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. “Kalau ada komplain harus saya selesaikan sampai tuntas. Modal Bismillah, iso maju mergo diajari kahanan (bisa maju karena diajari kondisi),” katanya saat ditemui di kediamannya pada Senin (30/11).
Arif mengatakan, kiat berjualan selama ini yakni memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Marketplace, hingga OLX. Selain itu juga dari relasi, maupun pelanggannya. “Pelanggan yang merasa puas, kan ada yang mengaja saudara atau tetangga,” katanya.
Arif mengatakan dalam berjualan ia pun memberikan garansi kepada konsumennya. Kemudian juga menanggapi dengan baik kalau ada komplain. “Mungkin ada kepuasan dari konsumen. Jadi ada yang mengajak saudara atau tetangga. Setiap ada komplain, saya tanggapi dengan baik,” ucapnya.
Arif kini terus mengembangkan bisnis Showroom miliknya. Ia dibantu oleh istrinya, Dewi Puspitasari sebagai sekretaris sekaligus bendahara dalam usahanya.
Aris membagikan kisahnya sebelum sukses menjalani bisnis Showroom mobil ini. Ia mengaku mengawali kariernya sebagai seorang pebisnis dari berjualan sandal dan sepatu.
Pria yang akrab disapa Arif tersebut mengatakan, awal ingin menjalankan suatu bisnis karena termotivasi untuk maju. Ia mengaku orang tuanya yakni ayahnya merupakan seorang guru dan ibunya tidak bekerja. “Waktu itu saya merasa sering banyak kekurangan. Termotivasi untuk maju. Kalau mengandalkan orang tua, tidak cukup,” katanya.
Arif mengatakan, dulunya dirinya kuliah di jurusan hukum Universitas Janabadra Yogyakarta. Ketika di bangku kuliah, ia mempunyai relasi perajin kulit. “Dulu awalnya, saya berjualan sandal dan sepatu ke kantor-kantor. Saya temui bendaharanya. Ketika laku, saya kasih bonus sedikit ke bendahara kantor,” katanya.
Bisnis jualan sandal, tas dan sepatu itu berjalan selama satu tahun. Setelah menyelesaikan studinya di tingkat perguruan tinggi, Arif pun sempat bingung untuk bekerja. “Selesai kuliah, bingung mau kerja apa. Saingan banyak sekali, sarjana hukum kan banyak sekali,” ucapnya.
Arif berkata, saat itu kebetulan ada salah seorang tetangganya yang mengajak untuk membuka usaha konter handphone. Ia mengaku sempat ragu, karena tidak tahu cara berjualan pulsa. “Sempat takut. Tapi niat ingsun ingin maju, nanti dipelajari juga bisa,” katanya.
Arif mengatakan, dengan niat tersebut dirinya akhirnya berhasil mengembangkan konter hanphone tersebut. Ia mampu mendapatkan banyak pelanggan dan bisa meladeni konsumen. “Ternyata banyak yang cocok dengan pelayanan saya di konter handphone,” katanya.
Namun pekerjaan di konter handphone tersebut tidak begitu
lama dijalani oleh Arif. Tak selang begitu lama, ada seorang temannya yang
menawarkan konter handphone kepadanya dirinya. “Ada teman yang menawarkan
konter handphone beserta isinya. Konter itu di daerah Temon, dijual karena
sepi,” katanya.
Arif kemudian membeli konter handphone yang masih memiliki sisa kontrakan 1,5 tahun tersebut. Tabungannya dari jualan sepatu dan sandal dipakai untuk membelinya. “Tabungan hasil jual sepatu dan sandal sekitar Rp9 juta untuk beli konter handphone itu seharga Rp8,6 juta. Konter itu dijual karena sepi. Tapi kan rejeki masing-masing (sudah diatur),” kata Arif.
Arif pun berhasil mengembangkan konter tersebut. Ia mengaku dalam satu hari bisa menabung sekitar Rp100 ribu. “Per bulan bisa nabung sekitar Rp6 juta kalau saat ramai,” katanya.
Arif menjalankan bisnis konter handphone tersebut dari 2003 sampai 2006. Selama periode waktu tersebut ia mampu mengumpulkan uang sekitar Rp40 juta. Dari uang itu ia belikan sebuah mobil Kijang Super tahun 1989.
“Kemudian saya jual dapat untung Rp300 ribu. Saya saat itu senang sekali. Kemudian saya lanjutkan, ingin saya kembangkan,” katanya.
Namun mobil kedua yang dijualnya mengalami kerugian sekitar Rp8 juta. Arif tak menyerah. Ia bertekad untuk mengembangkan bisnis jual beli mobil ini. Arif pun semakin mahir berjualan mobil dari pengalaman.
Arif mengaku banyak mendapatkan masukan dari konsumen maupun teman. “Setelah beberapa transaksi, saya tambah relasi. Banyak teman dan adatang memberi arahan maupun pelajaran. Akhirnya tambah maju,” ucapnya.(dho)