Yogyakarta, Kabar Jogja - Perkembangan Fintech di Indonesia saat ini cukup pesat. Saat ini terdapat 156 perusahaan Fintech Lending yang berizin dan terdaftar di OJK.
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, Prof.
Dr. Widodo Muktiyo, memaparkan dari total tersebut sebesar 123 perusahaan
terdaftar, 33 fintech berizin, 144 konvensional, dan 11 fintech Syariah.
"Saat ini peran pemerintah mengalami perubahan yang
semula adalah sebagai regulator dan fasilitator, kini berubah menjadi
akselerator. Hal ini dilakukan sebagai kebijakan untuk menumbuhkembangkan
budaya, mindset, kewirausahaan dan inovasi digital," jelasnya dalam
Webinar Mengatur Keuangan Milenial di Tengah Pandemi, Jumat (27/11).
Sementara itu Pengurus Yayasan BSI, Ir. Naba Aji M.Kom,
menyampaikan milenial harus mengatur finansial karena kondisinya sudah berbeda
yaitu pada masa krisis pandemi.
Selaku pembuka acara Sekjen Aptikom, Prof. Dr. Achmad Benny
Mutiara, menjelaskan saat ini digital money sangat berkembang seiring dengan
pemanfaatan teknologi informasi. Finansial teknologi yang baik diperlukan
khususnya bagaimana mengatur keuangan berbasis digital.
"Jadilah orang yang dikejar uang. Creative thinking dan
berpikir kritis sehingga kita bisa menciptakan inovasi," terangnya.
Hadir pula para narasumber dalam kesempatan webinar hari ini
Septriana Tangkary, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim
(IKPM); Dr. Ani Wijayati M.M., M.Mpar, CHE, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas BSI; Dr Nina Kurnia Hikmawati, SE, M.M, Wakil Sekjen I
APTIKOM/UNIKOM; dan Widya Yuliarti, SST., MM., CFP®️,
Finansial Planner Finansialku.com.
Direktur IKPM, Septriana Tangkary, menjelaskan berdasarkan
Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), pada tahun 2019 indeks literasi keuangan mencapai 38,03% dan
indeks inklusi keuangan 76,19%.
"Data menunjukkan, hampir seluruh pengguna internet
(sebesar 93%) pernah mencari barang yang ingin dibeli secara online, dimana
sebesar 88% pengguna internet pernah melakukan pembelian barang secara
online," jelasnya.
"Apa manfaat mengatur keuangan bagi milenial? Mapan
secara mandiri tidak bergantung orangtua, " ujar Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas BSI, Dr. Ani Wijayanti MM, M.MPar, CHE.
Ani menjelaskan anak milenial sudah di usia yang cukup
matang dalam mengambil keputusan terkait finansial. Tetapi karakter milenial
sangat konsumtif sehingga pengetahuan mengelola keuangan bagi mereka penting
sekali.
Wakil Sekjen Aptikom I, Dr Nina Kurnia Hikmawati SE, MM,
menjelaskan milenial adalah generasi pertama yang menyandang status sebagai
digital native.
"Generasi milenial yang merupakan critical economic
player memiliki literasi keuangan yang rendah lantaran minimnya pemahaman
tentang mengatur keuangan," katanya.
Perencana Keuangan Finansialku, Widya Yuliarti, memaparkan
perencanaan keuangan dimulai dengan mengatur cash flow, dana darurat, dan
pinjaman.
Widya memberikan tips dalam perencanaan keuangan yang baik
salah satu langkahnya dengan membuat catatan keuangan harian agar dapat
mengetahui pengeluaran harian dan mencegah boros. Tuturnya menutup kegiatan
hari ini.
Kegiatan Webinar Pojok Literasi ini merupakan kerjasama Direktorat Informasi dan Komunikasi
Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo dengan Bina Sarana Informatika Yogyakarta
(BSI) yang diikuti oleh hampir 500 peserta.(Cak)