Meski menetap di Papua, keluarga ini berasal dari Jawa.
Encep sendiri berasal dari Bandung, Jawa Barat. Sementara sang istrinya berasal
dari Demak, Jawa Tengah. Keluarga ini merantau ke Papua tahun 2005, setelah
sekian puluh tahun sebelumnya jadi penjual sayur di Pasar Induk Kramat Jati
Jakarta.
Di Abepura, Encep,47 tahun, berjualan es puter atau lebih
dikenal dengan nama es dung-dung. Setiap harinya, Encep jalan kaki puluhan
kilometer dengan jalan kaki mendorong gerobaknya,menyusri gang-gang di sekitar
pinggiran kota Abepura. Dari berjualan es puter, Encep bisa membawa uang pulang
sekitar Rp 200-300 ribu. Namun bila dipotong dari modal, Encep mendapat
penghasilan bersih sekitar sekitar 120.000-150.000. “Itu pun jika hari tidak
hujan, kalau hujan saya tidak jualan,” katanya.
Encep berjualan dari jam 10 pagi dan pulang ke rumah sekitar
pukul 16.00 sore. Encep mengaku sengaja jualan dengan berjalan kaki sebab jika
menggunakan motor maka akan sulit mendapat pembeli. Untuk satu es dung-dung
dijual dengan harga 2000 rupiah.
Meski mengaku dengan berjualan es dung-dung bisa menghidupi
keluarga besarnya. Namun saat mendengar anak pertamanya diterima kuliah di UGM
dengan jalur beasiswa bidikmisi, encep merasa senang karena ia tidak harus
banyak mengeluarkan biaya kuliah karena terbantu dengan uang beasiswa.
“Buat
saya pribadi sangat senang dan bangga, apa yang diinginkannya tercapai
sudah,”kata Encep dengan logat Papua.
Rio sendiri diketahui lulus dari SMAN 4 Jayapura. Selama
dibangku sekolah sering masuk peringkat 10 besar di kelas. Kecintaannya pada
ilmu bumi,menghantarkan Rio mengikuti berbagai perlombaan. Salah satunya ia
pernah mendapat juara dua olimpiade sains nasional tingkat kabupaten. “Sempat lolos
tingkat Provinsi tapi tidak lolos ke nasional,”katanya.
Rio mengaku suka membaca buku. Namun begitu ia memilih
meminjamkan buku dari kakak kelas yangsudah tidak terpakai lagi. Untuk jam
belajar, Rio mengaku memiliih setelah waktu setengah jam pada malam hari dan
dlanjutkan setengah jam lagi sebelum berangkat kesekolah. “Pokoknya cukup 30
menit saja,” katanya.
Diterima kuliah di kampus UGM,Rio mengaku akan belajar
sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Apalagi ia sudah
diajarkan mandiri sejak kecil. Bahkan setiap hari ia terbiasa membantu ibunya
membuah bahan es dung-dung. “Dari kecil sudah diajari untuk mandiri,”katanya.(rls)