Yogyakarta, Kabar Jogja - Wabah virus Corona yang masih melanda memaksa para guru dan siswa melakukan proses belajar mengajar jarak jauh. Banyak kesulitan dan hambatan yang dialami para guru, siswa maupun orangtua dalam pembelajaran jarak jauh atau daring.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, melakukan kunjungan ke SD Rejowinagun dan SMP Negeri 9 Yogyakarta untuk melihat secara langsung proses belajar mengajar yang dilakukan secara daring dan pembelajaran melalui program Guru Berkunjung pada Senin, (03/08).
Usai meninjau Wakil Walikota mengatakan sebanyak empat puluh empat persen orangtua wali merasa kesulitan untuk mengakses proses belajar jarak jauh. Kendala utamanya adalah akses internet. Proses belajar mengajar akan lancar ketika masih ada pulsa tetapi akan terhambat manakala mereka kehabisan pulsa.
Dikatakan setiap hari orangtua siswa bisa menghabiskan Ro. 50 ribu hanya untuk membeli pulsa. Hal ini akan lebih menyulitkan lagi apabila keluarga yang memiliki banyak anak.
“Kadang kadang bisa kalau pas pulsanya ada. Tapi kalau terus terusan saban dino (setiap hari) kadang kadang pas saat tertentu mereka juga kehabisan pulsa. Kadang kadang sehari bisa menghabiskan Rp. 50 ribu apalagi kalau anaknya banyak. Ini akan memberatkan,” ujar Wakil Walikota.
Dikatakan, dari hasil survey siswa SD negeri yang lebih banyak mendapat kesulitan. Sedangkan di tingkat SMP, SMP swastalah yang banyak mendapat kesulitan dibanding SMP Negeri.
“Artinya, proses pembelajaran jarak jauh ini masih mendapati hambatan. Hambatan terutama adalah Akses informasi. Sekitar 14 persen siswa tidak memiliki Handphone, ada juga yang hanya memiliki satu handphone untuk dipakai bersama dalam satu rumah. Sebesar 34 Persen mempunyai kesulitan pulsa. Ini merupakan problem. Makanya Pemerintah Kota Yogyakarta membuat program Guru Berkunjung. Guru berkunjung dalam rangka untuk mengatasi persoalan ini” ujar Wakil Walikota.
Kesulitan lain yang dihadapi dalam proses belajar mengajar jarak jauh adalah orangtua tidak mampu mengajari anaknya untuk membaca, menulis dan berhitung. Menurut Wawali menulis itu tidak mudah kalau tidak mengetahui metodenya.
Program Guru Berkunjung ini diharapkan untuk menjebatani terhadap problem problem pembelajaran jarak jauh di Kota Yogyakarta.
Heroe menambahkan saat ini selama proses pembelajaran jarak hanya memberlakukan 60 persen dari kurikulun nasional. Sedangkan 40 persennya berupa life skill, atau program lainnya yang relevan dengan kondisi saat ini.
Pemkot juga akan melakukan program Guru berkunjung dan melakukan simulasi terhadap satu kelompok masyarakat atau nanti di sekolah dengan pembatasan jumlah dan jadwal , seperti seminggu sekali atau dua minggu sekali.
Program Guru berkunjung saat ini sangat diperlukan karena orangtua tidak bisa mengajari anaknya untuk menyelesaikan persoalan atau menyampaikan informasi yang menerangkan tentang materi yang diberikan oleh guru. Dan kedua dikarenakan akses informasi yang terbatas.
Heroe mengungkapkan bahwa setiap materi soal yang diberikan oleh guru belum bisa dijawab oleh semua siswa.
“Soal yang dijawab siswa hanya dua pertiganya, sepertiganya tidak bisa langsung jawab dan tidak bisa langsung online kemudian harus dijawab memakai whatsapp,” ujar Heroe.
Sementara itu, pendistribusian materi pembelajaran daring memakai video dan powerpoint. Keduanya ini menurut Heroe sangat menyedot pulsa, sehingga di tengah pembelajaran kalau ada yang kehabisan kuota internet hal ini akan mengganggu proses belajar mengajarnya.
Di sisi lain upaya Pemkot untuk menambah titik Wifi public belum menjadi sebuah solusi karena dikuatirkan akan terjadi pengumpulan banyak orang di suatu titik.
Menurutnya solusi sementara adalah kegiatan Guru Kunjung tetap dijalankan, akan tetapi belum bisa menjakau seluruh siswa. Maka solusi yang paling realistis adalah pembelajaran dengan tatap muka di sekolah namun terbatas.
Wakil Walikota juga mengusulkan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI merubah target pembelajaran khsus untuk tahun 2020 ini. Hasil pembelajaran tahun ini hendaknya tidak dijadikan sebagai tolok ukur untuk seorang siswa melanjutkan sekolahnya ke jenjang berikutnya.
“SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke Perguruan Tinggi. Karena daya serap siswa selama pembelajarean daring tidak optimal. Tidak semua soal yang dikerjakan adalah murni dari pemikiran siswa kareana ada pendampingan orang tuanya,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Yogya, Rachmat dari Dinas mengatakan program Guru Berkunjung ini merupakan program piloting untuk pelakasanaan Guru Kunjung, ada 8 SD negeri yang dijadikan sebagai piloting Guru Kunjung.
“Sekolah ini ditentukan berdasarkan kewilayahan. Masing UPT diambil dua. Ada empat UPT di Kota Yogyakarta berarti ada 8 Delapan SD. SD yang ditunjuk di samping wilayah dia mewakili daerah yang memiliki perumahan yang padat sehingga tidak memungkinkan anak anak belajar di rumah. Maka disiapkan kelompok belajar di Balai RW Balai RK atau Ruang terbuka Publik yang memadahi,” terang Rahcmat.
Proses pembelajaran di Balai RW didampingi Guru Kunjung ini akan menitikberatkan pada kegiatan membaca , menulis, dan berhitung khususnya untuk siswa SD. Mengingat siswa kelas satu SD memiliki kendala apabila harus belajar secara daring. Tetapi akan lebih efektif ada pembelajaran tatap muka. Kendala lain adalah para orang tua tidak mampu membelajarkan anak mereka.
Pada kesempatan itu diserahkan pula sarana pembelajaran online berupa tablet android yang merupakan sumbangan dari PT Tri Jaya / Jogja Bike. Tablet android ini diharapakan bisa membantu proses belajar mengajar siswa melalui daring. Tablet Android ini diserahkan langsung oleh Triyanto-Komisaris Utama PT. Tri Jaya dan Aditya - Direktur Jogja Bike melalui Wakil Walikota Yogyakarta dan diteruskna ke siswa penerima.
Sementara itu, Kepala Dinas Kominfosandi Kota Yogyakarta, Ig. Trihastono, berharap pemberian sarana pembelajaran online dari manajemen PT. Tri Jaya dan Jogja Bike ini menjadi pengungkit pihak lain yang peduli akan pendidikan untuk membantu para siswa atau warga yang membutuhkan.(rls)