Kulon Progo, Kabar Jogja - Produksi cabai di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama ini dianggap cukup untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk Menyiasasi harga dari tingkat petani rendah ketika musim panen, Pemkab Kulonprogo pun terus mencari pasar luar daerah.
Bupati Kulon Progo Drs.H.Sutedjo, mengatakan produksi cabai di Kulon Progo setiap tahun itu rata-rata ada 55.000 ton. Pangsa pasar justru utama banyak yang ke pasar induk Jakarta, memang banyak juga ditempat-tempat lain. Upaya pemkab dalam mengatasi harga cabai rendah yaitu dengan melakukan upaya untuk mencari tambahan ekonomi berlaku, ketika banyak penawaran permintaan kurang maka harga pasti jatuh.
“Kami mewajibkan PNS untuk membeli cabai ini dari harga yang lebih tinggi dari biasannya. Sekarang ini kan harga cabai di petani sudah Rp 10.600 sudah di atas BEP karna saya dapat pengalaman dari petani bahwa harga cabai itu bisa untuk membeli 1 liter itu sudah BEP kata mereka,” ujarnya,
Sementara itu, Hilman Tisnawan, Kepala Perwakilan BI DIY mengatakan cabai itu merupakan salah satu komunitas penting yang mempengaruhi inflansi, Kulon Progo salah satunya DIY ini merupakan sentral penghasil cabai.
Memang, ada 2 kepentingan yaitu kita ingin ada statitas harga cabai tapi disatu sisi kita juga ingin ada dampingan supaya petani ini tidk rugi ketika banjir. Kebutuhan DIY sendiri, sebetulnya tidak sebanyak hasil produksi, artinya hasil produksi di DIY sudah lebih mencukupi. Sehingga, sebagian besar hasil produksinya dikirim ke luar daerah.
“Ketika kondisi panen raya ada upaya BI yang sebenarnya kita lakukan sekarang yaitu hilirisasi, kita sudah mencoba juga kemarin di Sleman Mlati, dan para petani bergairah dan itu yang membeli juga banyak,” ujarnya.
Ketua Tani Gresik Pranaji Karman, menjelaskan satu kelompok dalam satu musim (5 bulan) itu 210 ton, tetapi sekarang meningkat karena penambahan lahan dan produksinya meningkat. Dulunya satu kelompok perharinya hanya 3-4 ton, sekarang meningkat menjadi 6-7 ton. Luas lahanya hanya 1/3 nya karena hanya 2/3 ditanami melon dan semangka dengan luas lahan yang hanya 1/3 lahan yang ada di pasir pantai itu hanya bisa menghasilkan perhari 58 ton.
Sedangkan keseluruhan lahan cabai 750 hektar, karena dulu yang 1500 hektar dengan yang terkena bandara Kulon Progo sehingga yang bagian barat tidak bisa ditanami. Untuk alat pengeringnya baru kontrak sedangkan pembangunannya belum tetapi sudah positif.
“Harapannya nanti kalau harga cabai tidak dibawah BIP bisa dikeringkan, bisa ditunda jual. Kalua nanti pemasarannya bagus harapnnya kapasitasnya baru 350 per kali pengeringan, itu hanya skala kelompok nanti kalua seandainya berhasil memasarkan, mungkin akan dibuatkan pengering cabai,” ujarnya. (eks)